Friday, October 21, 2016

Me-Guru ke Negeri Kangguru (Pengalaman kuliah di Australia)

Posted by Upiet at 9:06 PM 4 comments
Tidak terasa sudah 8 bulan lamanya berjuang di negeri orang, Adelaide South Australia.  Suatu kebanggaan tersendiri bisa menuntut ilmu di Adelaide University dengan di biayai oleh BPI Afirmasi LPDP. Tentunya banyak hal baru yang jauh berbeda dengan tanah kelahiranku, Indonesia. Beda budaya sudah pasti jelas. Orang bilang ini fase-fase “Culture Shock”, dimana kita akan menemui budaya baru dan tentunya memaksa kita untuk mengenal dan mempelajarinya. Begitulah yang saya rasakan. Sedikit membuka mata saya akan uniknya perbedaan di dunia ini.
Well Organised
Yapss, begitulah kesan pertama sejak mengginjakkan kaki di negeri Kangguru ini. Di sini semua serba tertib, teratur dan rapih. Bagaimana tidak terkesima ketika menyaksikan segreombolan orang menyebrang di tempat yang sama, tidak main seludur sana sini. Bagaimana tidak elok kota ini jika semua tertib membuang sampah pada tempatnya. Di Australia ini, sampah benar-benar di-manage dengan baik. Mana yang daur ulang, mana yang kompos mana yang sampah basah. Kapan juga waktu membuangnya semuapun sudah diatur dan semua orang pun teratur.  Satu lagi, Parkir. Di sini amat sangat teratur kalau urusan parkir memarkir. Jangan harap bisa parkir liar, semaunya sendiri atau sibuk dengan tukang parkir. No way. Atau kamu akan dapat surat tilang yang bakal dikirim ke rumahmu. Di sini serba canggih, jarang ada polisi berkeliaran menilang orang parkir liar, tidak pakai sabuk pengaman, tidak memakai helm saat bersepeda pun juga tak luput dari pantuan karena setiap sisi kota di lengkapi camera cctv. Sudah pasti akan ketahuan siapa-siapanya yang melangar. Itulah kenapa saya sangat kagum dengan kesadaran orang-orang sini dengan hidup tertatur dan tentunya disiplin.
On Time alias tepat waktu.
Kebiasaan hidup ngaret memang susah-susah mudah untuk menyesuaikan hidup di sini. Kenapa? Orang-orang sini serba tepat waktu. Semisal saya ada kuliah jam 8 pagi. Sudah pasti kuliah akan dimulai pada jam itu juga. Pastinya dosen datang lebih awal dan tidak suka jika ada yang terlambat. Begitu pula dengan jadwal keberangkatan bus. Alat transportasi paling ngetrend di sini yakni bus. Bus akan stop sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan. Kalaupun kamu telat semenitpun sudah pasti akan tertinggal dan tentunya harus menunggu bus berikutnya.
Ramah dan Respek
Satu hal lagi yang membuatku terkesima dengan kota kecil di Australia ini yakni keramahan orang-orang sini. Sempat terbesit dalam hati, “Kenapa orang sini semua ramah-ramah?”. Jika kamu bingung atau butuh bantuan, kuncinya jangan MALU, jangan malu bertanya, jangan malu menyapa. Sudah pasti mereka akan respek lebih dari yang kamu kira. Saya pernah ketika pertama kali datang ke kampus saya di Adelaide university, maklum masih baru jadi saya tidak tahu tempat-tempat di sini meskipun sudah menenteng peta dan Google Maps, saya senggaja bertanya letak tempat tersebut, dengan baiknya sayapun diantar hingga tempat yang saya mau datangi. Tidak hanya di situ, sopir bus di sini pun juga amat sangat ramah sekali. Sempat suatu hari saya nyasar karena salah turun di bus stop. Dan dengan ramahnya saya dijelaskan kemana-kemanya. Orang-orang sini sangat respek juga terntunya dengan disabilitas. Diamanapun itu mereka sangat dihargai bahkan di bus dan tempat umum mereka sangat diprioritaskan. Satu hal menarik dari kota ini begitu menjunjung tinggi respek terhadap orang lain ketika akan turun bus. Hampir semua penumpang mengucapkan “Thank You”dengan sedikit melambaikan tangan. Sungguh terkesima dengan keramahan orang sini. BEgitupun dengan para professor maupun dosen di Adelaide University terntunya. Mereka sangat welcome alias terbuka dengan muridnya jika mereka ada kesulitan. Hampir setiap pelayanan umum yang ada di Kota Adelaide ini mereka menawarkannya dengan penuh keramahan. Sekali lagi ucapan “Thank you” membuat mereka merasa lebih dihargai. Budaya”mengucapkan “Thank you”, “Sorry”, “See You”, “Have a good day”, “No worries” itu sangat kerap terdengar. Kata-kata mujarab tersebut bukti bahwa orang sini sangat ramah dan respek.
Self-Service
Bisa dikatakan untuk melatih kemandirian begitu juga dengan kejujuran. Hampir semua layanan umum terutama yang berhubungan dengan “Shopping” semua serba self service. Layaknya belanja di supermarket, barang-barang yang mau kita beli kita yang mengambil sendiri dan sudah disediakan banyak kasir untuk self-service. Kita hanya perlu memasukan uang/credit card dan mengambil kembaliannya dari mesin tersebut. Lagi-lagi semua serba canggih. Intinya orang-orang di sini dituntut untuk mandiri. Begitupun ketika kamu di Bandara semua mulai dari check in sampai masuk semua serba self-service.
Aussie English
Jangan heran ketika kamu sudah cas cis cus ngomong Bahasa Inggris di Indonesia kemudian sesampainya di sini kamu tidak ngeh apa yang orang-orang katakan. Atau bahkan terjadi salah paham. Itu sangat biasa terjadi. Orang-orang Australia terkenal dengan Bahasa Inggris singkatan, seperti G’day(salam seperti ucapan hello), Aussie(An Australian), Brekkie(Breakfast),  Veggie (Vegetables), Mozzie(Mosquito), dan masih banyak lainnya yang sekilas pertama kali kamu dengar bias jadi kamu bingung dibuatnya.
Tentunya banyak hal unik yang bias ditemukan di sini. Namun bukan berarti semua ini baik atau bahkan buruk, Tidak. Semua hanya berbeda. Setiap negara menpunyai keunikan dan budayanya masing-masing, begitupun Indonesia.


*Tulisan ini pernah dimuat di Harian Pagi Surya

 

Upiet Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review