Thursday, June 30, 2016

Keluarga Besar Awardee LPDP Adelaide

Posted by Upiet at 12:49 AM 0 comments
Alhamdulillah,
Anugerah terindah yang kesekian untuk bisa berkumpul dengan orang-orang kece dari berbagai asal dan profesi dari Indonesia ini, tentunya dimana lagi kalau bukan di tanah rantau, Adelaide. Kesempatan yang warrrrbiasahh bisa kenal mereka, dan kenal kamu pastinya, heiihh apasih. hahah


Adelaide, 26 June 2016.
Lurah LPDP di Adelaide, kang Arham sengaja mengajak kami berkumpul dalam rangka silaturahmi dan peresmian lurah baru kami, Kang Yanuar. Jika selama ini kami cukup dekat lewat wasap, nah kemarin kami didekatkan lagi lewat buka bareng di Cafe Gembira-nya Wak Ukar. Ketemu dengan keluarga2 baru itu rasanya, erh entah rasanya nanonano. Intinya, kita bisa berbagi dengan yang lain itu udah lebih dari cukup. Cukup bikin iri kadang tentang apa yang sudah mereka capai selama ini. Pokoknya, mereka orang2 terkeren yang pernah ku temui. heheh #lebai ya? Mereka menginspirasi sangattt wes.

Kalau tahun lalu katanya awardee LPDP di adelaide cuma sekitar 10 orang, sekarang sudah berlipat-lipat. Alhamdulillah ya? :D. Di Adelaide sendiri, terdapat tiga kampus besar dimana para Awardee LPDP tersebar, Adelaide University, Flinders Univesirty, dan University of South Australia (Unisa). Semoga semakin bertambah tiap semesternya, supaya keluarga Awardee LPDP di Adelaide makin besar.

Ini kali kedua pertemuan Awardee LPDP di Adelaide yang pernah kuikuti. Dulu awal-awal di sini, senior2 awardee mengadakan barbecue party dalam rangka menyambut kedatangan awardee baru. Kali ini pengakraban buat yang baru juga buat yang akan BFG dan kembali ke tanah air seperti kang Arham dan Mas Iqbal. Jadi teringat topik seminar masa2 PK, "Aku pergi untuk kembali". Kami datang ke Adelaide untuk pergi, jika tugas kami di sini usai kami akan kembali ke Indonesia untuk mengabdi dan berbagi apa yang kami dapat di sini.
 
Kemarin ketemu sama Ma'am Yusni, salah satu dosen sasing di UM. Beliau ini bisa dikatakan sebagai penyelamatku di LPDP yang mengantarkanku bisa ke negeri kangguru ini. Pasalnya, disaat kalut mau kuliah dimana, teman saya menyarkan untuk mengontact ma'am Yusni dan membuatkan surat rekom ke LPDP tentang Adelaide Uni.  Gak pernah sedikitpun kebayang bisa sampai di sini, apalagi kuliah di Adelaide. Jika selama ini mimpinya bisa ke Melbourne, tapi nyatanya Allah memberikan yang terbaik untuk bisa kuliah di Adelaide. Semoga aku bisa istiqomah di sini, dan lebih rajin lagi.

Tapi ada satu hal yang bikin baper kalau lagi asyik kumpul gini, sebagian dari mereka sudah pada berkeluarga. Haha, sudah pasti tahu rasanya kalo lagi jomblo, eak. heheu. Eh seengaknya kalau gak ngobrol sama ibu2 istrinya mas2 awardee, bisa main2 sama anak2nya. Yah tapi segitunya banget ya?
Wait wait ini kok malah curhat.

Well, sekilas itulah yak. Hehe. Intinya seneng banget bisa berbagi dan mengakrabkan diri dengan keluarga Awardee LPDP di Adelaide. Semoga kita bisa saling menyemangati satu sama lain dan saling mengingatkan untuk tidak lupa arah jalan pulang. Hehe.

Sekian, dan salam dingin dari Adelaide.

Adelaide,
Winter 2016

Wednesday, June 29, 2016

Kasih Terhalang Adat

Posted by Upiet at 11:50 PM 1 comments
Adelaide, 20.06.16
2.20 AM

Bukan Hayati dan Zainuddin saja yang kisah cintanya tidak direstui karena perbedaan adat. Hampir di seluruh Indonesia punya adatnya masing-masing terkait urusan yang satu ini. Begitupun dengan Jawa. Mungkin banyak yang mengira nikah itu asal kamu mau dan dia mau lantas bahagia menuju ke pelaminan. Noooooo...

Tidak sedikit yang tau bahkan yang mungkin merasakan pahitnya kegagalan menikah karena perkara adat. Banyak sekali kepercayaan orang Jawa yang masih dijaga sampai sekarang terutama para tetua yang dipercaya untuk masalah perjodohan. Mungkin banyak yang mengira, "hello jaman sekarang masih percaya gituan? Kuno banget sih". Nah kan.

Penjodohan berdasarkan tanggal lahir atau orang jawa biasanya bilang "weton" merupakan salah satu alasan fenomenal yang sampai sekarang masih bisa dikatakan sebagai momoknya para calon2 yang akan segera menikah. heheu. Udah deket dengan "calon", eh gak jadi gara2 tidak cocok. Uhh, nyesek gak sih? *curhat hehe.

Para tetua yang paham ginian percaya terhadap hitungan weton itu masih kentel banget. Biasanya mereka menghitung weton dari pihak perempuan dan pihak laki. Kemudian dihitung2. Dannnnn,,, keputusannya cuma dua: Jodoh dan Tidak berjodoh. Pastinya aku masih gagal paham tentang hitung menghitung ini apalagi untuk percaya. Mereka bilang jika hasilnya bagus maka kedepanya mereka hidup bahagia kalau tidak cocok yah berarti banyak celaka. Well, bisa dikatakan sepeti ramalan gak sih? Hayo masih percaya beginian? Syirik kan? Kalo gak percaya, kena sidang tetua karena melanggar adat? Then how?

Nyatanya banyak sekali versi adat Jawa yang mungkin bisa dikatakan "memperibet", erhh #apasih, intinya mempersulit perjodohan. Ada yang percaya menikah harus mempertimbangkan arah rumah, gaboleh berseberangan, hadapnya rumah gak boleh gini gaboleh gitu. Ada lagi yang percaya anak pertama gaboleh nikah sama anak pertama, anak kedua, ketiga dan kesekian, hlahh terus bolehnya sama yang mana? heuh. Belum cukup itu, yang paling agak konyol dalam hidup, termasuk hidupku, ahha, perhitungan nama. Ini asli bikin galau seumur2. Hitung dihitung nama gue sama si calon misalnya, misal, dan ternyta tidak cocok dan orang tua percaya. Matihhh ajaaa sudahhh.

Dari dulu aku paling anti kalo urusan adat yang satu ini. Aku ingat betul kata guruku sewaktu MTs dulu, "Nikah itu bukan berdasarkan ketepatan hitungan tanggal, yang diprediksi ini itu, apalagi hitung hari menikah. Nikahlah dengan cara yang Islam ajarkan. Insya Allah hidup kalian bahagia", yah sekilas seperti itu, eheh. Anak SMP udah dikasih tahu macam itu, itu dulu masih polos2nya, kagak ngerti2nya. Entah akhir2 ini baru teringat dan ngerasain.

Maaf kalau bahasan ini makin gak penting. haha. Cuma sedih aja gitu, cuma alasan gitu aja gajadi nikah kah? Hemm, belum jodoh kali yak? Hehe. Entahlah. Lantas, apa reaksi seseorang yang tidak percaya tentang ini? Terutama dia bukan dari Jawa yang tentunya tidak mau cerita kasihnya dipersulit karena adat. "Kamu mau menikah saja ribet, Yasudah kamu nikah saja dengan adatmu yang meribetkanmu itu", ini kata2 yang paling ngejleb yang pernah aku denger. huhu. Lagi, "Hello, kamu itu udah belajar jauh2 ke negri orang loh, masak masih percaya mitos sih?, Terpukau aku.

Makin galau kian menjadi2. Menangis sesengukan rupanya tidak bisa mengubah semuanya, apalagi orang tua sudah bilang "Tidak". Sebernernya yang mau nikah siapa yang ribet siapa? Terkadang kesal, ketika cerita kasihmu selain terhalang adat yang berujung tidak direstui orang tua. Itu asli menyedihkan. Padahal aslinya mereka tahu akibatnya terhadap si anaknya. Beban itu pasti,trauma itu jelas. Bukan sekali dua kali, ketika dekat dengan orang, masalah weton dan tetekbengeknya ini seperti menjadi tembok besar yang harus dihancurkan sebelum lebih dekat lagi. Tidak jarang aku temui akibat gagal perjodohan, banyak dari mereka yang akhirnya tidak mau menikah, menikah tua, intinya udah capek diatur ata yang mengikat, bisa dibilang bagi kaum yang terdidik ini aneh banget dan gak masuk akal. Naudzubillah, ya Allah. Semoga aku bukan yang demikian.

"Terus aku harus gimana?"
 

Monday, June 27, 2016

Kun Anta, Upit!

Posted by Upiet at 8:55 PM 0 comments

Wanita seperti manakah yang membuat orang lain terkesima olehmu?
Wanita yang suka berdandan kah?
Wanita yang pandai memasak kah?
Wanita yang capek2 jauh kuliah di luar negri kah?
Wanita yang SEMART dengan segudang prestasi kah?
Wanita yang punya kerja mapan kah?

Bagaimana kalo dengan wanita polos, kadang pemalu dan yang masih terkesan seperti "bocah"? Kesana kemari hanya dianggap seperti anak kecil. Bisa apa? Bisanya cuma alay, suka pecicilan, begejekan ndak karuan, kadang sok manja, ngambekan, diklaim suka mengeluh, ngalor ngidul yang diomongin itu2 aja dan katanya dibilang sok ambisius. Bukan terkesima lagi, illfeel pasti orang dibuatnya.

Terang saja, terlalu banyak tipe wanita keren dan mbois di dunia ini. Tentunya dengan segala keunikan yang tidak dimiliki yang lain. Aku sempat terharu ketika ada ada mbak2 atau ibu2 yang berpakaian santun. Menutup aurat dengan balutan busana dan lilitan hijab di kelapanya. Ayu banget kalau di pandang. Adem banget rasanya di hati. Ditambah lagi mereka suka mengaji. Duh, surga dunia banget yah. Terkadang sempat terpikir, kapan aku bisa seperti itu? Bisakah aku? Aku bingung bagaimana cara memulainya. Akhir2 ini semenjak sering ikut2 kumpul dengan ibu2, erh dengan para wanita2 indo di Adelaid maksudnya, hehe kok aku ngerasa banget aku ini paling beda dari yang lain. Entah mereka yang mayoritas udah menjadi istri dengan dandanan yang demikian (pakai rok, anggun, lembut dsb) bener2 bikin hati terketuk. Harus nikah dulu yak biar bisa kayak gitu? Hahah. Ah, wanita banyak pula macammu. Aku bisakah sepertimu?

Kalau bahas2 gini, jadi keinget salah seorang temenku yang kebetulan satu pelatihan dulu di UPI. Kebetulan ada satu tutor perempuan di sana. Ketika diajar sama beliau, temanku yang duduk bersebelahan denganku ini berbisik, “Ntar kalau aku udah nikah, istriku mau tak bikin kayak dia, adem dilihat”. Sontak aku langsung bertanya, “Hlah kenapa?”. Alasanya simple, karena ibu ini sangat sederhana, gak neko2 dalam berpakaian berdandan, sudah cantik, cerdas, bajunya tertutup, dan ngomongnya halus. Intinya, menjadi wanita sederhana itu luwarbiasahh katanya. Hemmm, Bisakah aku?

Jawabannya cuma satu,
Kun Anta, Pit!

Siapapun mereka, menjadi apapun mereka, seperti apapun mereka, wanita tetap wanita.
Wanita harus tahu bagaimana cara memasak.
Wanita harus tahu bagaimana berbakti kepada orang tua dan suami, erh nantinya. Hehe
Wanita harus tahu bagaimana mendidik anaknya.
Wanita harus tahu bagaimana mengurus ini itu.

Jadilah dirimu sendiri. Wanita itu hebat hloh. Kamu juga hebat. Jangan menjadi orang lain dalam dirimu. Biarin orang menilaimu seperti apa, ambilah yang kiranya itu baik. Tetap berusaha lebih ya?
Semoga kamu segera mendapatkan yang terbaik pula.





Adelaide, 27.06.16
 

Upiet Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review