Haii manteman, sehat? Ini hari terakhir bulan November, udah siap menyambut Desember? Udah Siap menyambut mimpi tahun depan? Semoga semoga keturutan sesuai yang dicita2kan ya? hehe Amin. Kalau boleh curhat, sebenernya ini tulisan ku waktu ikut seleksi Menyapa Negeriku, tapi TIDAK LOLOS. haha belum rejeki mungkin. Tapi daripada nganggur dipost disini aja deh. heheh. Semoga di lain kesempatan bisa terwujud. Amin :D
Salah satu
misi hidupku adalah menginspirasi, walaupun inspirasi itu belum sehebat Pak
Habibie yang menciptakan pesawat terbang, Pak Nadiem Makarim pencetus Go-Jek,
dan Pak Mario Teguh sosok penginspirasi terkemuka di tanah air. Namun, saya mempunyai tiga hal kecil
yang ingin kubagikan kepada mereka tentang makna hidup dan perjuangan saya.
Pertama,
mengenai “Kesuksesan Terbesar” dalam hidupku. Kesuksesan terbesar dalam hidupku
adalah mampu mengenyam pendidikan hingga sarjana dengan hampir gratis dan
bahkan gratis dan yang tentunya tak terlepas dari tokoh inspirator terhebat
yang selalu ada untuk saya. Ini merupakan kesuksesan yang tak ternilai harganya
dibandingkan apapun. Sukses itu bukan perkara kita miskin atau kaya. Sukses itu
bukan masalah kita pintar atau bodoh. Tapi sukses itu ada karena kemauan dan
usaha. Saya bisa menyemat gelar sarjana bukan karena saya orang kaya, tidak.
Bapak saya hanyalah buruh tani serabutan, begitupun ibu saya. Mereka bukanlah
kaum intelek, mereka saja hanya lulusan SD yang tahu tentang bagaimana membajak
sawah dan menanam padi. Mereka juga bukan orang yang berduit yang mampu
menuruti kemauan anak-anaknya dengan kucuran rupiah. Namun, mereka adalah sosok
inspirasi terbesar dalam hidupku atas kerja kerasnya, ketekunan dan semangatnya
yang tinggi yang mampu membuat saya bisa seperti ini. Saya sedari SD hingga
kuliah, Alhamdulillah saya selalu mendapatkan beasiswa, beasiswa karena keadaan
yang kurang mampu bahkan prestasi yang saya peroleh. Saya ingin menginspirasi
mereka dengan sedikit ceritaku yang intinya kita bisa meraih sukses dan cita-cita
kalian asalkan kita tidak menyerah. Selepas lulus SMP, saya sempat akan putus
sekolah. Apa daya biaya untuk melanjutkan ke SMA tidak ada, sampai Wali kelas
saya, Bu Mauludiyah sempat geram karena nilai UN saya menjadi 3 terbaik di
sekolah waktu itu, dan disayangkan jika tidak lanjut. Sampai akhirnya beliaulah
yang membujuk saya bahkan membantu finansial sekolah saya. Tidak hanya itu,
sewaktu SMA yang juga mendapatkan beasiswa supersemar, beasiswa yang cukup
berarti terutama untuk menutupi SPP yang menunggak berbulan-bulan. Lagi-lagi
terkendala biaya, namun tekad kuat untuk tetap belajar dan mencari ilmu saya
rasakan ketika akan masuk ke perguruan tinggi. Alhamdulillah, saya mendapatkan
kesempatan kuliah secara gratis selama 4 tahun dari Bidikmisi. Sempat tidak
percaya juga saat ini saya juga mendapat beasiswa S2 dari LPDP yang memberi
saya sejuta pengalaman hingga bisa ke luar daerah saya untuk bertemu
orang-orang hebat penuh inspirasi di luar sana.
Yang saya ingin tekankan kepada mereka, para murid-murid di pelosok
negeri ini, yang bisa dikatakan hampir senasib dengan saya, “Percayalah, selagi
ada kemauan untuk maju dan belajar, apapun kendalanya, kita pasti akan
menemukan jalan untuk menggapai mimpi dan kesuksesan kita” “Tentunya harus ada
motivasi baik dari diri sendiri atau orang lain untuk tidak meyerah. “ “Walaupun
kita “mampu” dan mendapat “dukungan”, tapi kita menyerah, kita sendirilah yang
menyudahi kesuksesan tersebut” .
Yang
kedua, jika melihat pendidikan yang belum mendapatkan kelayakan, terutama di
era global seperti ini benar-benar membuat saya miris. Jangankan mereka
mengenal teknologi canggih seperti komputer untuk menunjang belajar, gedung
memadai dan ilmu yang mumpuni pun itu masih jauh dari impian. Lebih lagi untuk
bersaing di pasar bebas seperti ini, takut rasanya jika mereka sudah tertinggal
dan makin tertinggal karena belum bisa menyamakan posisi yang semestinya saat
ini. Jika nanti saya bisa mendapatkan kesempatan berkunjung di daerah-daerah
yang sudah di tentukan oleh tim Menyapa Negeriku, saya ingin sekali membagikan
ilmu-ilmu saya yang sempat saya tekuni, yakni Berbahasa Inggris yang baik dan
berguna. Bagi saya, untuk tetap bisa survive di era seperti ini, salah
satu senjata ampuhnya yakni menguasai bahasa international ini. Melihat saat
ini banyaknya pegawai yang di PHK, dan banyak penguasa yang berdatangan
menyerbu negeri ini, lantas bagaimana nasib warga Negara kita?. Maka dari itu, saya
sangat tertarik untuk mengamalkan ilmu saya tentang pentingnya bahasa Inggris
kepada mereka. Misalnya, Raja Ampat Papua, daerah ini menyimpan sejuta omset di
daerahnya terutama untuk potensi wisata alam, tidak heran banyak sekali warga
asing yang berdatangan. Kesempatan emas ini sangat disayangkan begitu saja,
saya ingin mengajarkan kepada mereka bagaimana cara bertutur bahasa inggris,
bertegur sapa dengan warga asing, dan nantinya ini akan mengembangkan
sosialisasi mereka bahwa kita ini tidak hidup di Indonesia saja tapi juga
dengan negara lainnya. Selain itu, saya sangat tertarik mengenalkan mereka
tentang “Guide Kampung” yang mampu mengenalkan pesona eloknya Indonesia ke
dunia, dan kemungkinan juga bisa memberikan sedikit keuntungan finansial untuk
mereka, tapi kembali lagi bahwa tujuan utamanya untuk mengenal dunia dari hal
kecil seperi belajar bahasa asing ini. Mungkin ini tak seberapa jika
dibandingkan inspirator lainnya dengan segudang ilmunya, tapi saya yakin
meskpiun ini terlihat kecil, hikmahnya sangatlah besar.
Terakhir,
“Ayo menulis!”, itu mungkin ajakan yang akan saya lontarkan jika saya bertemu
mereka. Jika banyak orang bilang “Kita bisa membuka cakrawala dunia dengan
membaca”, bagiku “Kita akan menggenggam cakrawala tersebut dengan menulis”.
Menulis adalah salah satu kegemaran saya dan saya ingin menularkan kebiasan
kecil namun bermanfaat ini. Saya
bukanlah penulis hebat seperti Andrea Hirata, Tere Liye, dan penulis-penulis
lainnya. Saya hanya menyukai menulis dan bagiku kita akan bisa selalu terkenal
dan terkenang lewat tiap kalimat, bait, dan paragraf yang kita tulis. Saya
sempat pernah mengalami masa sulit ketika kuliah, lagi lagi terkendala
finansial, karena biaya penulisan skripsi waktu itu tidaklah murah. Saya sering
menghabiskan waktu saya untuk menulis dan sesekali mengirimkanya ke media,
Alhamdulillah dimuat, honor yang saya peroleh pun lumayan untuk menutupi
kebutuhan saya. Tidak hanya itu, saya juga ingin mengajak mereka untuk menulis
mimpi mimpi mereka. Entah saya yakin sekali tentang keajabaiban tulisan
mimpi-mimpi. Saya dari dulu selalu menulis list mimpi-mimpi saya pada
secarik kertas kemudian saya tempel di dinding, dan kini satu persatu mimpi itu
mulai terwujud, dan list tersebut perlahan tinggallah coretan-coretan.
Namun, semua itu juga harus disertai dengan usaha dan kemauan. Sama halnya
dengan menulis, menulis itu harus ada kemauan. Karena saya punya motto, “Kalau kita
“bicara” namun tidak dihiraukan, maka menulislah maka kita akan lebih
dihargai”.
Besar
harapan saya untuk bisa merealisasikan ketiga inspirasi kecil saya ini untuk
ditularkan kepada mereka. Semoga saya
berkesempatan berbagi dan belajar dengan mereka di kota kecil, di ujung
Indonesia sana.