HAPPY
PATRIOT DAY……
Yeee yeee..
Tepat hari
ini, 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan dimana kita diajak untuk
mengenang jasa-jasa pahlawan yang gugur dalam perjuangan kemerdekaan.
Nah,
ngomong2 soal pahlawan, aku mau kenalin pahlawan terhebatku di dunia.
Lelaki paruh baya ini adalah bapakku. Umur Bapak sekarang
sudah lewat setengah abad, Agustus kemarin bapak menginjak 51 tahun. Bapak itu
orangnya gigih. Semangat kerjanya tinggi. Bapak ini bekerja serabutan sebagai
buruh tani. Sehari-hari bapak ke sawah. Baginya pengabdian terbesar dalam
hidupnya adalah memberi makan seluruh umat lewat padi yang bapak tanam dengan
sepenuh hati. Kehujanan kepanasan itu lumrah. Kulitnya yang setengah coklat,
semakin hari semakin gelap karena terlalu lama berdiri dibawah terik matahari. Bapak
adalah tipe orang yang pantang pulang sebelum pekerjaanya selesai. Bapak ini
betah kalau udah di sawah sampai maghrib tidak pulang. Sesekali ibu geram
dibuatnya. Oya, bapak ini lugu, gak pernah neko2. Bapak mempunyai caranya sendiri
untuk mengungkapkan sayangnya kepada wanita2 tercintanya ini, ibu dan kedua anak
gadisnya. Yang paling aku suka kalau kalau bapak memanggil anak2nya dengan
sebutan, “nduk”. “Nduk, ndang maem ben maag e gak kumat”. Namun, bapak ini
orangnya agak kaku dank eras kepala. Jangan sekali2 melawan bapak. Anak2nya ini
paling takut kalau bapaknya sudah bilang ini itu tapi gak dilaksanakan, bisa
bisa kena tegur. Cuman, sepertinya sifat keras kepala nya ini nurun ke si
bungsu (red: aku).
Banyak cerita yang paling gak mau kulupakan sama bapakku ini.
Dulu pas jaman kelas 1 SD, sekitar tahun 98-an, aku pernah merengek minta
dibelikan buku “Gemar Berbahasa Indonesia” yang seharga 4 ribu rupiah. Dulu
waktu sekolah, bukunya itu harus beli sendiri, persediaan di sekolah benar-benar
terbatas. Diantarlah aku beli buku di satu2nya toko buku waktu itu, namanya
“Mamiek”. Bapak dengan sepeda ontel kesayangannya ini mengayuh kurang lebih 3
KM dari rumah. Malam-malam aku dibonceng bapak. Bisa ngebayangin kan gimana
senengnya anak SD seumuranku pada jaman itu, diajak keliling Turen, itu
bungahnya tak terkira loh. Berpuluh puluh tahun bapak tidak bisa terlepas dari
sepeda ontel lusuhnya ini. Kemanapun bapak pergi, dia lebih memilih naik sepeda
pancal meskipun sekarang sudah ada motor. Tetap saja tidak mau. Saya sering
kasian, kalau sepeda bapak ini sedang rusak. Saking sayangnya sama sepedanya,
bapak ini paling demen untuk merepasai sendiri. Dibener2 in sendiri. Dulu,
sewaktu kecil aku paling suka dibonceng bapak, berdiri di belakang sambil
pegangan bajunya bapak. :) Rindu rasanya kalau ingat masa2 itu.
Bapakku ini bapak yang serba bisa. Paling seneng dulu waktu
masih SD kalau pas dapat tugas KTK, bapak ini yang sering aku mintai
menggambar. Gambar yang paling disuka itu, gambar sawah. Bapak juga yang paling
sering dimintai anaknya untuk buat ini itu. Bapak paling jago bikin anyaman.
Kalo ada tugas bikin anyaman, bapak yang sering ngebantuin. Oya, bapakku juga
ini orangnya “nriman”, tidak terlalu banyak menuntut. Bapak sungguh sederharna orangnya.
Makan sama apapun lauknya, tidak pernah sedikitpun komplain. Sempat ketika
tidak ada lauk, bapak cukup menaburkan garam diatas piring nasinya. Kalau
dipikir2 perjuangan bapak itu keras sekali. Walaupun perawakanya kecil dan
kering dibandingkan kedua adik laki2nya, bapak ini paling kuat. Kalau bapak
kerja, dia palin sering mengangkat barang2 berat. Sedih kalau melihat bapak
“Urip Soro” terus. Berdosa rasanya hingga 23 tahun ini aku belum bisa memberi
apa untuk bapak dan ibu, mereka tetap harus kerja KERAS. “Maafkan anakmu ini,
Pak belum bisa meringankan bebanmu. Bisanya masih minta2 terus. Minta juga
tidak sedikit. Maaf bapak” :(
“Maaf juga
ibu, anak mu ini belum bisa menjadi apa yang kamu inginkan.”
To be continue..... :D
0 comments:
Post a Comment